Pada review yang terdahulu, kesan saya pada Afterlife cukup buruk. Salah satu alasannya adalah alur cerita yang tak saya mengerti. Tapi saya justru menikmati nonton sekuel ini. Apa yang saya sukai dari Resident Evil: Retribution adalah ulasan cerita terdahulu di awal film. Ini sangat berguna bagi penonton seperti saya yang cenderung tak ingat bagaimana kisah sekuel sebelumnya. Dari sini, sebagai penonton non-fanatic serial Resident Evil saya merasa si pembuat film juga ingin audiens yang belum pernah menonton sekuel sebelumnya untuk bisa mengerti dan ikut menikmati film ini. Saat menonton film arahan Paul W.S. Anderson ini, mata saya dimanjakan oleh gambar-gambar real dengan nuansa warna dan bayangan ala game. Padahal, audiens tentu sudah tahu bahwa film ini dimainkan oleh aktor, bukan 3D model. Dibanding dengan 3D model yang dibuat semirip mungkin dengan makhluk asli, jujur bagi saya lebih enjoyable memandang aktor asli yang dibuat seolah 3D model. Alur perjalanan Alice untuk membebaskan diri dari markas Umbrella Corp ini cukup menegangkan. Setting yang bervariasi (seperti setting suburban) mengobati mata yang lelah melihat monster-monster dan interior futuristik, juga membuat alurnya jadi lebih tak terduga. Menonton film ini membawa saya ke dunia gamenya yang seru, dan Paul W.S. Anderson telah membuat saya ingin mencoba memainkan versi game dari film ini.